Begini Caranya Agar Usaha Anda Dapat Bertahan Selama Pandemi Covid-19

Frans

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, saat ini ada 60 juta pelaku UMKM di Indonesia. Sebelum pandemi Covid-19, hanya 13.5% atau sekitar 8 juta saja yang sudah mempunyai toko online dan bekerja sama dengan aplikasi e-commerce atau ojek daring. Tetapi sejak pandemi Covid-19 menerjang, tercatat 6,3 juta pelaku UMKM hancur lebur dan melaporkan penurunan besar dalam pendapatan harian. Lalu apa yang harus dilakukan pelaku UMKM lainnya supaya tidak mengalami nasib yang sama?

Supaya dapat bertahan di masa krisis dan pandemi Covid-19, pelaku UMKM harus melakukan inovasi ke dalam produk atau jasa mereka dan memanfaatkan teknologi digital. Praktik yang paling mudah adalah membuka toko online di berbagai aplikasi e-commerce, melakukan pemasaran di media sosial, dan menyediakan layanan pesan-antar dengan ojek daring.

Sektor UMKM yang Paling Terdampak

Industri UMKM yang paling terdampak Covid-19 adalah sektor restoran, olahraga dan hobi, dan toko bangunan. Tiga industri tersebut mengalami penurunan 65-90% dari segi pendapatan. Penurunan volume pendapatan ini dialami sejak awal Maret 2020. Akibatnya, para pelaku usaha di industri ini harus mengubah strategi dan melakukan inovasi melalui pemanfaatan teknologi digital jika ingin terus bertahan.

Hingga akhir Q3 2020 yang lalu, sudah banyak restoran yang berinovasi agar usahanya tetap berjalan. Contoh adaptasi yang dilakukan adalah membuat makanan beku dan bumbu racik kemasan, yang kemudian dipasarkan melalui media sosial dan marketplace seperti Tokopedia, Shopee, dll. Inovasi seperti ini selain membantu UMKM itu sendiri juga membantu rumah tangga untuk membatasi diri pergi ke tempat-tempat ramai seperti pasar atau supermarket, sehingga membantu menekan penyebaran virus Corona. Apalagi transaksi produk UMKM di ranah online sendiri naik sampai 350%. Tentu saja ini adalah angka yang sangat fantastis dan menggiurkan.

Akan tetapi seperti yang diungkapkan Direktur Kominfo, hanya ada penambahan 1,4 juta UMKM yang bertransaksi di ranah online. Ini artinya ada pertumbuhan sekitar 2% dari saat sebelum pandemi Covid-19 menimpa Indonesia. Mayoritas dari 2% itu adalah pelaku UMKM yang mengubah konsep usahanya dari luring menjadi daring seperti contoh di atas.

Kenapa angka pertumbuhannya kecil sekali?

Jawabannya karena mayoritas UMKM terlambat berinovasi sehingga cashflow anjlok duluan dan tidak punya modal untuk berinovasi.

UMKM Butuh Keringanan Utang dan Bantuan Dana Segar

Di masa pandemi Covid-19 seperti ini, rata-rata pelaku UMKM yang belum bergerak secara daring hanya memperoleh 10-15 persen dari omzet hariannya. Oleh karena itu, bantuan pemerintah terhadap UMKM diperlukan.

Salah satu bantuan diberikan melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan Peraturan OJK (POJK) No 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease. Dengan ini, pelaku UMKM dapat mengajukan restrukturisasi kepada perbankan.

Jika Anda juga kesulitan dalam hal pembayaran utang kartu kredit, KPR, KTA, atau KMG, amalan dapat membantu Anda dengan program keringanan utang. Ini bukan berarti amalan memberikan dana pinjaman untuk tutup lubang gali lubang, tetapi kami membantu Anda bernegosiasi dengan pihak debitur supaya Anda mendapatkan keringanan utang. Ini penting Anda perhitungkan karena banyak sekali kasus di mana bank atau lembaga keuangan lainnya menolak keringan utang yang diajukan secara pribadi oleh nasabah meskipun pemerintah sudah memberlakukan POJK 11.

Pemerintah juga menargetkan 60 juta debitur untuk subsidi bunga. Itu terdiri dari debitur PNM, Pegadaian, KUR dan lainnya. Subsidi yang diberikan pemerintah sebesar 6% untuk tiga bulan pertama serta 3% untuk 3 bulan kedua dan dapat dimanfaatkan bagi pinjaman hingga Rp 10 miliar.

Pemerintah juga memberikan insentif pajak UMKM sebesar 0,5% hingga akhir tahun. Selain itu, ada penjaminan kredit modal kerja melalui BUMN penjamin, yakni Jamkrindo dan Askrindo, untuk plafon kredit hingga Rp 10 miliar. Pemerintah akan memberikan subsidi terhadap pembayaran iuran Imbal Jasa Penjamin (IJP).

Pemerintah juga menempatkan dana segar di berbagai bank mitra agar dapat diputar kepada pelaku usaha. Itu dengan suku bunga 80% dari suku bunga acuan Bank Indonesia. Sehingga perbankan dapat menyalurkan kredit dengan bunga rendah. Pemerintah telah menempatkan dana sebesar Rp 30 triliun di Himbara dan Rp 11,5 triliun di tujuh Bank Pembangunan Daerah (BPD).

Langkah-langkah yang sudah diambil pemerintah ini tentu sangat membantu UMKM untuk mendapatkan keringanan utang dan dana segar untuk modal baru supaya UMKM dapat terus bertahan di tengah krisis.


Source:

Bisnis.com

Jawa Pos

CNBC Indonesia

Media Indonesia

amalan international merupakan perusahaan manajemen utang berbasis teknologi pertama di Indonesia yang tercatat di OJK. amalan bekerja untuk peminjam dan bekerja sama mencari solusi terbaik dan terjangkau dengan pemberi pinjaman. Program manajemen utang amalan memanfaatkan teknologi dan data yang sah agar klien amalan bisa keluar dari jerat utang dengan lebih cepat, membayar bunga dan penalti yang lebih rendah. Selain program manajemen utang, amalan juga memiliki solusi refinancing yang mengganti utang lama yang memberatkan menjadi utang baru yang lebih ringan. Kantor amalan indonesia didirikan di Jakarta pada tahun 2015 dan telah berhasil membangun tim yang terdiri dari ahli restrukturisasi dan ahli IT dengan pengalaman puluhan tahun. Sejak Juli 2016, amalan indonesia menjadi perusahaan pertama di Asia yang mendapatkan akreditasi dari International Association of Professional Debt Arbitrators (IAPDA).

Daftar Sekarang